Obong Blarak

Kamis, 04 Oktober 2012



Demi masa sulit yang tak kunjung reda, aku ingin berlari mengelilingi pantai ini menemukan tempat sunyi, tempat ikan –ikan tersenyum merasakan ketenanganya.

Rasaku yang tenggelam di dasar sana, terkubur  bersama harta yang kini berkarat dan berlumut, air layar dan pasir, bergurulah pada angin yang menggerakkan alam ini. Jika aku adalah matahari yang membutakan mata pergilah dari hati ini, lalu mendekatlah dengan sesuatu yang indah disana sebuah purnama benderang yang memanjakan mata.

Waktu, kapan engkau berhenti tepat di november ini, sebuah anugrah yang aku yakin akan datang di dalamnya. Menjelma sebuah anak laki-laki yang apa adanya, aku percaya kebahagiaan akan turun memelukku biarpun aku sendiri. Aku ingin menutup mata disini di tempat yang penuh dengan ombak suci dan berpalinglah wahai dewi cintaku karena aku tak akan kembali.

Aku akan menjadi sebuah awal, semuanya akan terlupakan meski satu detik yang lalu, aku benci melihat kebelakang yang gelap dengan cerita kebohongan dan permainan orang-orang yang mengerti segalanya.
Dipundak ini aku terganggu sebuah bongkahan batu besar diatasnya, berat dan berkeringat, untuk melangkahpun tak kuasa, aku tidak mengerti apa maksud semua ini.. inikah semua masalahku,, hujan yang penuh keagungan cepatlah turun, kikis batu di pundaku  aku ingin semuanya berakhir.

Masa depan sambutlah aku, laki-laki yang apa adanya ini.. semoga kau senang menerimanya   


sahabat itu..

Senin, 01 Oktober 2012

Aku adalah sahabat, kapan pun kamu pergi aku tetap menunggu mu disini!!,
teriakan salah satu pemuda yang kesal akan kepergian teman sejatinya, ia berdiri di tepian sungai senja menatap perahu kecil yang perlahan menjauh dan menghilang di makan ruang dan waktu.

kutipan cerita di atas menggambarkan apa arti sahabat, teringat sebuah kisah Abu Bakar Ash-Shiddiq. seorang sahabat rosullulloh atau kah persahabatan antara cristian ” seekor singa” dan dua majikanya yang sekaligus sahabat, Anthony Bourke dan John Rendall. kisah indah akan selalu terekam dalam benak menjelma menjadi kenangan manis yang sulit terlupakan. siap merangkul, dan siap menanggung nasibnya. tidaklah seperti persahabatan adlof hitler dan bonito missoloni yang terkisahkan hanya sebatas kepentingan politik dan hanya pada saat kejayaan paham fasisme.” jadilah sebuah kisah persahabatan yang tidak pernah putus asa memikul seluruh isak tangis, jerit, dan ratapan.