Lukisan Debu

Minggu, 10 Maret 2013



Mungkin mereka kakak beradik, dibawah langit yang berkuasa
Tetapi  enggan menyembunyikan teriknya matahari.
Sang adik menangis dan sang kakak mencoba memberikan pelukan kecil agar semuanya kembali tenang
Meski tidak setenang air tak berarus atau saat pasir mulai berbisik
Pastilah karena mereka  ada di antara debu dan gemuruh kendaraan.

Inikah potret atau lukisan manis bocah yang telah lama meninggalkan permainan petak umpet.
Yang sejatinya begitu meriah dan mendamaikan suasana sore.
Demi tiga ribu rupiah di kedua tangannya,
Tangan-tangan yang seharusnya halus tak berluka.
Kini penuh goresan kecil dan kasar terkena kerikil jalanan.

Kalian tidak akan pernah tersenyum tetapi meringis.
Sekalipun menebarkan senyuman yang terlihat hanya kepalsuan.
Karena mata yang akan selalu berair. 
Bahagialah dengan aspal hitam pekat dan debu-debu yang terbawa angin.
Kupikir pulanglah....
ibumu menunggu kalian duduk dengan piring plastik tanpa isi.

0 komentar:

Posting Komentar