Jejali aku buah
simalakama agar aku bisa berfikir, tentang hawa-hawa yang mengeluarkan airmata
juga tentang dua mawar yang layu.
Apakah kalian tahu Memerdekakan keputusan ini ternyata lebih
sulit daripada membuat tersenyum budak di padang pasir.
Apalah ini, tercampur seperti kopi dan abu rokok, Meminumnya
pun enggan. Hati yang kelaparan akan ketenangan, kesunyian sepi di belantara
pinus-pinus yang kokoh dan harum, mungkinkah ketidakjelasan adalah akar dari ranting rumit berserabut ini.
Ataukah ketidakpastian yang harus disalahkan?, sungguh semuanya salah, karena
kecerobohan adalah mafianya.
Hati yang salah atau
perasaan yang serakah, semuanya menggumpal.aku ingin terlahir kembali menjadi
aku yang baru atau bahkan jangan lahirkan saja aku, kiranya itu lebih baik.
Kau yang disana bawa
aku ke nirwanamu,tunjukkan sebuah keindahan yang abadi, suci dengan seribu
bidadari, aku sudah lelah menapaki dua minggu ini, tertatih! Hanya senyuman
palsu yang bisa aku pamerkan. Bahkan
kebangsatan telah memeluk tubuh seorang laki-laki yang telah memberi rasa sakit
untuk dua mawar yang di sayanginya.
Kalian terlalu suci untuk memaki, biar cacian dan makian itu
aku ucapkan untuk diriku sendiri. Sebuah
diri yang ditumbuhi pohon penyesalan.
Sebuah diri yang penuh rasa bersalah.
Sebuah diri yang bermahkotakan kebodohan
Dan Sebuah diri yang disapa kegelapan.
0 komentar:
Posting Komentar