kedatanganku
kali ini di tanah pasundan di sambut gemerlap keagungan tahun baru
islam.Semerbak wewangian menyatu dengan bau hujan yang suci, merekapun
berkumpul di lapangan gazibu.Terlihat seorang santri yang begitu alim dan
menyimpan suatu kebesaran atas segalanya, panji berwarna hijau tua dengan
nyaman dia pegang di tangan kanannya , sejalan kemudian aku lihat ratusan
santri dengan baju kokoh bawahan sarung tenun, kopiah songkok hitampun melekat di kepala bagai mahkota, sungguh cirikhas
muslimin negeri ini. Negeri antah berantah menurut orang tetapi sungguh
menakjubkan negeri yang satu ini, bukan apa-apa merekalah yang membuat aku
takjub, karena mereka para nahdiyyin.
Adapun mereka
berkumpul seakan waktu kembali berbalik beberapa tahun kebelakang saat aku
adalah aku. Saat keindahan musholla adalah pemandangan hari-hariku. Gemuruh
anak anak tak berdosa membaca al-quran. Panggung tabligh akbar, aku yang duduk
dengan teman seperjuangan dengan pakaian seragam yang merupakan jubah teristimewa saat itu.
Aku yakin muka
ini berseri begitupun para orang tua yang melihat anaknya di atas panggung
kesempurnaan ini. Tak terkecuali oarang tuaku, terutama ayah yang sempat
tersenyum padahal aku tau dia begitu dingin, itulah saat terindah.
Kenangan itupun
hanyut begitu saja dalam lamunanku tersapu dinginya angin berdesir, memang
bandung sehabis hujan malam itu. Ataupun malah tersapu oleh kelakuanku saat ini
yang penuh dengan kebodohan tanpa mengenal apa itu dosa. Kini aku yang berteman
dengan kemaksiatan kini aku yang terlanjur jatuh di dalam kegelapan.
Demi rasa
dingin ini aku ingin kembali hangat seperti dulu, demi air mata ini aku ingin
merubahnya menjadi senyuman. Demi kesalahan ini Tuhan mohon ampuni.
0 komentar:
Posting Komentar