Bandung mendung

Jumat, 14 Desember 2012



kedatanganku kali ini di tanah pasundan di sambut gemerlap keagungan tahun baru islam.Semerbak wewangian menyatu dengan bau hujan yang suci, merekapun berkumpul di lapangan gazibu.Terlihat seorang santri yang begitu alim dan menyimpan suatu kebesaran atas segalanya, panji berwarna hijau tua dengan nyaman dia pegang di tangan kanannya , sejalan kemudian aku lihat ratusan santri dengan baju kokoh bawahan sarung tenun, kopiah songkok hitampun  melekat di kepala bagai mahkota, sungguh cirikhas muslimin negeri ini. Negeri antah berantah menurut orang tetapi sungguh menakjubkan negeri yang satu ini, bukan apa-apa merekalah yang membuat aku takjub, karena mereka para nahdiyyin.

Adapun mereka berkumpul seakan waktu kembali berbalik beberapa tahun kebelakang saat aku adalah aku. Saat keindahan musholla adalah pemandangan hari-hariku. Gemuruh anak anak tak berdosa membaca al-quran. Panggung tabligh akbar, aku yang duduk dengan teman seperjuangan dengan pakaian seragam yang merupakan  jubah teristimewa saat itu.

Aku yakin muka ini berseri begitupun para orang tua yang melihat anaknya di atas panggung kesempurnaan ini. Tak terkecuali oarang tuaku, terutama ayah yang sempat tersenyum padahal aku tau dia begitu dingin, itulah saat terindah.

Kenangan itupun hanyut begitu saja dalam lamunanku tersapu dinginya angin berdesir, memang bandung sehabis hujan malam itu. Ataupun malah tersapu oleh kelakuanku saat ini yang penuh dengan kebodohan tanpa mengenal apa itu dosa. Kini aku yang berteman dengan kemaksiatan kini aku yang terlanjur jatuh di dalam kegelapan.

 Demi rasa dingin ini aku ingin kembali hangat seperti dulu, demi air mata ini aku ingin merubahnya menjadi senyuman. Demi kesalahan ini Tuhan mohon ampuni.

0 komentar:

Posting Komentar