Wb 208 FIP

Rabu, 20 April 2011


Dosen di depan tanpa merasakan dosa membiarkan busa-busa dusta yang tidak bermutu, anehnya masih ad saja mahasiswa yang merelakaan suara busuk itu seenaknya keluar masuk telinganya. Bukankah semuanya itu hal yang sia-sia. Jika semuanya benar buktikan selayaknya langit tinggi memang menjulang tak berbatas, atau selayaknya lautan luas tak bertepi. Gersang dan menyilaukan, tersenyum ketika sebuah cemara menari dengan asiknya menyapa, cemara aku ingin sepertimu. Kelas ini sunyi hanya ada suara yang masih dan terus membualkan kebohonganya. Sunyipun terpecah karena tawa kecil, aneh mengapa mereka tertawa, padahal kelucuan tidak aku temukan disini, sungguh basa basi atau sandiwara. Bola mata tertuju pada kaki-kaki lucu dan warna-warni sepatu mungil.aku terkesan melihatnya, apalagi gerakan mengayunnya yang damai. Masih terdiam dan mulai bosan,cepat selesai wahai nenek.. sudahkah kmu tua? Masi saja menebarkan kebohongan. Cukup sampai disini pintaku,seseorang yang indah sudah lama menungguku pulang. Dia yang terpenjara dalam sepi,terpasung karpet merah dan monitor. Sabar sayang setelah nenek ini lelah aku akan pulang.

0 komentar:

Posting Komentar